Tuesday, December 19, 2006

:: Cetusan ::

Bait bicaraku biar tidak bersambut lantaran ilusi kekata itu terus menjadi miliku.
Atas suatu kesedaran, keberadaanku mula mengukir makna.
Tika satu tingkat, diri terhampar jauh ke dimensi ketidakpastian.
Lupa bahawa diri masih berakal.
Kewarasan yang bertempat pada akal yang berfungsi pernah kusiakan.
Taksub dibuai perasaan cengeng yang tidak logis.
Rasional tidak pikiranku itu hanya dapat kutafsiri.
Yang melihat hanya mampu empati.
Yang mendengar hanya daya simpati.

Lama, kubuang kegelapan dalam kebodohanku itu.
Hati yang tertutup membutakan suatu pandangan.
Pada suatu masa depan yang selama ini kuukiri dalam ketakutan.
Aku bisa bangkit dari kepahitan lalu,
jika benar pengalaman itu mendewasakan, aku bersyukur.
Lantas, celik hati mengarah ke sinar harapan
yang eksis dalam tidur dan bangunku.

Kerna hidup itu pilihan.
Dan aku pilih untuk menjadi lebih waras.

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home